Elasticity of Demand

Posted: Februari 17, 2012 in teori ekonomi 2

Elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga. Ketika persentase perubahan permintaan/demand lebih besar dibandingkat dengan persentase perubahan harga maka barang disebut elastis. Sebaliknya, jika persentase perubahan permintaan/demand lebih kecil dibandingkan dengan persentase perubahan harga maka barang akan menjadi inelastic.

Beberapa macam elastisitas pada barang :

Elastisitas Permintaan Bahan Bakar

Kepadatan jumlah penduduk di perkotaan dapat mempengaruhi permintaan terhadap bahan bakar minyak. Banyaknya pengguna transportasi darat membuat permintaan akan bahan bakar minyakpun menjadi inelastic, karena dengan kemudahan memperoleh bahan bakar minyak membuat jarak tempuh yang dilakukan semakin singkat. Tetapi jumlah pengguna transportasi umum lebih banyak sehingga dapat menghemat pemakaian BBM sehingga dalam pemakaian BBM lebih efisien. Beberapa orang berpendapat bahwa dengan penggunaan roda transportasi akan menimbulkan efek jagka panjang sehingga sebagian orang lebih memilih untuk mengatur jarak tempuh, mengubah jenis mobil dan memilih mesin yang lebih kecil atau hemat bahan bakar seperti hibrida/diesel.

Harga BBM naik tidak menjamin terjadi  kenaikan atau penurunan permintaan mobil, masyarakat lebih melihat efisiensi dari penggunaan bahan bakar yaitu dengan menggantinya dengan diesel. Jadi, harga BBM mempengaruhi permintaan bahan bakar dan ini menunjukan bahwa harga bahan bakar tidak akan memperngaruhi permintaan mobil.

Sedangkan di sector industry, kenaikan harga BBM dikhawatirkan mendorong lebih jauh penurunan kinerja industri hasil hutan kayu, khususnya dalam hal penawaran dan permintaannya. Karena potensi kayu hutan alam telah menurun dan biaya pemanenan kayu, komponen BBM berkontribusi signifikan (sekitar 30%). Dalam kondisi Permintaan konstan, pengurangan subsidi atau kenaikan harga BBM di industri kayu olahan hilir menggeser kurva penawaran kayu olahan. Sedangkan dalam kondisi penawaran konstan, penurunan permintaannya menyebabkan harga kayu olahan menurun. Model yang dibangun dapat digunakan sebagai alat simulasi dan peramalan. Dengan model yang diperoleh, dampak kebijakan pengurangan subsidi harga BBM terhadap kinerja industri hasil hutan kayu dan kesejahteraan sosial dianalisis. Secara umum, kenaikan harga BBM dengan adanya subsidi dari pemerintah cenderung inelastis, Hal ini dikarenakan terbatasnya barang substitusi dan komplementer dari BBM tersebut. Selain itu, total revenue sangat dipengaruhi oleh subsidi dari pemerintah kepada perusahaan industri kayu tersebut.

Elastisitas Permintaan Minyak Sawit

Indonesia adalah produsen dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia karena berhasil menguasai 46% pangsa pasar minyak sawit dunia. Sebagian besar dari produksinya diekspor. Sehingga, memperkirakan elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari permintaan untuk ekspor minyak sawit Indonesia sangat penting. Pajak ekspor adalah salah satu dari kebijakan yang diterapkan oleh Indonesia untuk minyak sawit agar mengendalikan harga minyak goreng local. Untuk kebijakan domestic dapat diterapkan dalam berbagai bentuk seperti subsidi produksi, program insentif pada penelitian diferensiasi produk (produk bernilai tambah), dan meningkatkan standar kualitas untuk ekspor minyak sawit Indonesia. Di masa yang akan datang, terdapat kebutuhan untuk menganalisis elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari produk-produk yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku, terfokus pada sektor-sektor yang berlainan (perbedaan antara CPO dan minyak sawit murni) pada kasus-kasus negara pengimpor yang lebih spesifik dan menganalisa dalam penawaran ekspor dan model-model yang simultan.

Elastisitas Permintaan Listrik

Kenaikan harga yang tidak signifikan mempengaruhi penurunan demand atau permintaan. Kalaupun ada kenaikan harga yang terjadi, konsumen biasanya tidak dapat mengurangi pemakaian listrik secara drastis mungkin hanya dapat berhemat atau menambahkan alat yang bisa mengefisiensi penggunaan listrik, seperti termostast dan dalam jangka panjang mereka akan mengkonversi listrik dengan sumber energi lainnya. Kenaikan demand dapat dipengaruhi oleh kenaikan income, karena income meningkat konsumen dapat membeli peralatan elektronik baru sehingga meningkatkan penggunaan listriknya(demand). Elastisitas juga dipengaruhi dengan adanya barang substitusi dan barang komplementer.

Elastisitas Pemasaran Iklan

Aktivitas pemasaran iklan TV dalam mempengaruhi sensitivitas harga konsumen yang dihadapi sebuah merk. Pada umumnya sensitivitas harga sebagian besar dirasakan pada kalangan masyarakat menengah kebawah, konsumen menengah kebawah sangat peka akan harga dan alternatif produk. Dari sensitivitas harga konsumen, yaitu kepekaan relatif dari harga dalam mempengaruhi keputusan pembelian dan kecenderungan untuk melakukan pencarian harga untuk menemukan harga yang lebih baik. Semakin banyak iklan atau aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh seorang produsen maka secara otomatis hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Ketika tingkat kepercayaan konsumen meningkat maka terciptalah sebuah brand yang terkenal, sehingga masyarakat tidak lagi memperhitungkan tingkat harga pada produk tersebut.

Konsumen yang memiliki informasi harga dan kualitas yang lebih banyak akan menurunkan tingkat sensitivitas harga seorang konsumen , namun sebaliknya apabila konsumen yang tidak memiliki banyak informasi mengenai harga dan kualitas produk yang akan mereka konsumsi maka hal tersebut dapat   meningkatkan sensitivitas harga seorang konsumen. Barang-barang yang elastis, sehingga iklan yang menguntungkan dan lebih berpengaruh pada elastisitas harga adalah iklan yang tidak menurunkan elastisitas permintaan. Hal ini terjadi karena ketika elastisitas harga suatu barang naik, maka permintaan barang tersebut akan turun karena terdapat barang-barang alternatif atau subtitusi lainnya. Sebagai tambahan, keadaan tersebut dapat menyebabkan produsen baru untuk masuk ke dalam pasar.

Konsumen biasanya membeli produk pada saat produk tersebut ditawarkan dengan harga yang lebih murah. Namun lain halnya bagi masyarakat menengah keatas yang mempunyai persepsi sendiri tentang harga, dimana mereka menilai harga yang mahal mengidentifikasikan kualitas dari produk tersebut. Iklan sangat mengikat karena adanya peran sponsor dalam pembiayaan, karena iklan tidak hanya digunakan untuk menjual produk tetapi juga kepentingan-kepentingan lainnya seperti politik. Semakin tinggi nilai rating maka kepercayaan semakin sangat tinggi, hal ini akan mempengaruhi elastisitas konsumen dalam membeli barang karena semakin konsumen percaya akan suatu produk maka daya belinya akan semakin tinggi

Elastisitas Pemintaan Air

Di Eropa dan USA pemasalahan terhadap air mulai muncul ini disebakan oleh penggunaan tarif untuk pemakaian air di setiap perumahan. Ternyata ada kesenjangan yang cukup besar antara elastisitas harga dan elastisitas penghasilan karena bila digambarkan elastisitasnya mendekati 0. Nilai elastisitas yang mendekati 0 ini disebabkan oleh adanya pemakaian air yang tidak terkontrol di masyarakat sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah air yang dipasok dengan jumlah air yang dipakai. Akibatnya di USA mengadakan penelitian untuk mengurangi kesenjangan di elastisitas tersebut. Elastisitas tertinggi bergantung pada kompleksitas masalah yang ada seperti kondisi geografis lingkungan, suhu, cuaca, dsb.

Elastisitas Permintaan Harga Makanan

Elastisitas permintaan harga pada makanan tidak sehat lebih tinggi dari pada makanan sehat. Dengan menetapkan sejumlah pajak kepada bahan makanan yang kurang sehat, maka diharapkan permintaan akan bahan makanan yang kurang sehat menurun seiring dengan kenaikan harga karena pajak. Sebaliknya subsidi diberikan kepada bahan makanan sehat dengan tujuan untuk menurunkan harga sehingga permintaan akan bahan makanan sehat dapat meningkat, sehingga diharapkan dapat mengubah gaya hidup masyarakat menjadi lebih baik.

Walaupun subsidi telah diberikan, pada kenyataannya tidak dapat meningkatkan peningkatan permintaan secara signifikan, dari kasus tersebut dapat diasumsikan bahwa, harga bukanlah satu satunya faktor yang dapat menyebabkan buruknya gaya hidup sebagian masyarakat yang dinilai dari tingginya konsumsi bahan makanan tidak sehat seperti fast food, namun ada hal lain yang mempengaruhi, salah satunya ialah gaya hidup. Orang orang di Negara maju cenderung memilih bahan makanan cepat saji dengan alasan efisiensi, sehingga meskipun harga dirubah, tetap saja tidak akan mempengaruhi permintaan akan barang barang tersebut, sehingga sayuran dan buah buahan yang tergolong bahan makanan sehat bersifat inelastic.

Elastistas Kesehatan

Masyarakat lebih memilih sektor swasta dan rela membayar lebih tinggi demi mendapat kualitas yang terbaik jika, pendapatan masyarakat sudah mencukupi tentunya. Jika penyedia melakukan penurunan harga maka akan ada pengorbanan kualitas. Sebaliknya, jika penyedia meningkatkan kualitas maka akan ada pengorbanan harga yang lebih tinggi untuk meningkatkan layanan atau penambahan teknologi. Misalnya elastisitas kualitas meningkat, maka penurunan harga kemungkinan besar dicapai dengan efisiensi. Tapi kalau permintaannya inelastis, persaingan harga dapat menyebabkan kualitas yang rendah. Jika konsumen responsif terhadap aspek kualitas yang meningkatkan hasil kesehatan, pemerintah mungkin lebih mengandalkan kekuatan pasar untuk menjamin kualitas layanan. Seiring dengan bertambahnya pendapatan, maka porsi dari pendapatan juga akan lebih besar untuk pergi ke pelayanan kesehatan. Jika, sector publik ingin dapat bersaing dengan sector swasta maka mereka harus bisa manjamin kualitas layanan dengan baik, atau jika tidak sasaran mereka untuk pangsa pasar harus lebih dispesifikasi lagi dengan menyasar masyarakat miskin yang memang belum mampu untuk melakukan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi yang meminta biaya tinggi pada sector swasta.

Elastisitas Permintaan Asuransi

Permintaan akan asuransi di Asia bersifat elastis. Hal ini disebabkan karena dengan adanya krisis, maka perekonomian akan terganggu dan mengurangi pendapatan masyarakat di Asia. Rendahnya pendapatan membuat standar hidup masyarakat Asia pada kala itu rendah, dengan pendapatan yang rendah mereka hanya mengutamakan untuk konsumsi. Maka perubahan harga asuransi akan sangat mempengaruhi jumlah permintaan akan asuransi. Kemudian, dengan adanya perbaikan ekonomi setelah adanya  krisis membuat pendapatan masyarakat Asia terus meningkat dan memiliki pendapatan yang cukup tinggi sehingga membuat standar hidup masyarakat semakin tinggi dan makin sadar akan pentingnya asuransi. Dengan demikian, permintaan terhadap asuransi pasca krisis ekonomi hinggga kini bersifat inelastic, atau perubahan harga asuransi tidak akan terlalu mempengaruhi jumlah permintaannya.

Elastisitas Permintaan Rokok

Rokok itu bersifat inelastis sehingga menaikkan pajak dan dapat menghasilkan banyak pendapatan. Di sisi lain, rokok adalah salah satu penyebab utama masalah kesehatan di negara ini. Tapi semakin majunya teknologi dapat mempermudah konsumen untuk memperoleh rokok seperti dengan adanya internet, konsumen dapat membeli rokok dari negara lain atau secara online sehingga konsumen tidak perlu membayar pajak kepada negaranya. Sehingga tingkat elastistasnya juga meningkat. Pajak yang lebih tinggi menyebabkan penyelundupan lebih besar dan jumlah penyelundupan tambahan telah tumbuh secara signifikan dengan munculnya Internet. Setelah di teliti jumlah penyelundupan yang timbul dari perubahan tarif pajak negara hampir dua kali lipat karena munculnya internet.  Dengan adanya internet juga membuat pendapatan negara menjadi kecil dan tidak mengurangi tingkat konsumen menjaga kesehatannya.

Elastisitas Dalam Liberalisasi Perdagangan dan Pariwisata

Perdagangan bebas dan permintaan tenaga kerja di Industry India adalah elastis karena permintaan akan tenaga kerja di India pada masa pasca reformasi mengalami peningkatan sedangkan biaya atau gaji untuk tenaga kerja selalu mengalami penunan. Hal ini disebabkan karena ukuran yang signifikan untuk liberalisasi perdagangan dan melemahnya kekuasaan serikat buruh. Elastisitas tenaga kerja yang ada di praformasi dan di pascareformasi berbanding terbalik dan penurunan biaya tenaga kerja berbanding tidak sama dengan jumlah labor yang mengalami kenaikan pada pascareformasi. Elastis, karena permintaan akan tenaga kerja pada masa pascareformasi mengalami peningkatan sedangkan biaya tenaga kerja selalu mengalami penurunan. Elastis karena pada zaman sekarang labor diganti oleh mesin, jadi menyebabkan tingkat pengangguran yang ada.

Globalisasi dianggap memiliki efek buruk terhadap neraca perdagangan Indonesia. Dengan adanya perdagangan bebas/liberalisasi perdagangan maka, pemerintah mengurangi tarif impor dan pengenaan pajak. Dengan berkurangnya tariff impor, harga jadi menurun, income rumah tangga meningkat, impor meningkat namun ekspor menurun, hal itu membuat neraca perdagangan menjadi buruk. Namun sisi positif, kesejahteraan dalam negeri dan konsumsi rumah tangga meningkat. Untuk menyeimbangkan neraca perdagangan yang buruk, sektor pariwisata bisa menjadi solusinya. Kenaikan permintaan pariwisata asing meningkatkan produksi dan penyerapan tenaga kerja lokal. Dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa ini bersifat elastis. Untuk mencegah terjadinya inelastis maka pemerintah seharusnya membuat kebijakan untuk menaikan harga saja dan menurunkan tarif pajak.

Elastisitas Life Cycle

Berdasarkan pengalaman yang ada, menunjukkan bahwa keseluruhan kategori harga penjualan bersifat elastis. Kematian pertama dalam nilai absolut, akhirnya nilai tersebut akan meningkat lagi jika produk tersebut menghadapi penurunan fase dari siklus hidup produk (karena barang subtitusi atau perubahan selera, dll). Model dasar dapat dengan mudah dimodifikasi untuk menghitung keseluruhan penjualan (pembelian pertama ditambah pengulangan pembelian).

Berdasarkan pembelian pertama yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian kembali, menunjukkan bahwa pentingnya daya jual merk, menjadi bukti empiris dari dinamika elastisitas barang tersebut. Contoh barang antara Frezeers, Kompor, Kulkas, Setrika uap, Blender diantara barang tersebut yang memiliki elastisitas tertinggi adalah Frezeer. Karena Frezeer tidak mempunyai barang subtitusi, sehingga mau tidak mau konsumen menggunakan Frezeers untuk membekukan bahan makanan.

Suatu produk pada umumnya mengalami tingkat inelastisitas tertinggi pada fase awal siklus hidup produk. Sedangkan produk tersebut mengalami elastisitas pada saat pembelian kembali pada fase puncak (maturity) di mana tingkat penjualan mencapai tingkat tertinggi. Setelah tahap maturity produk akan memasuki fase decline (penurunan). Pada fase ini, produsen perlu memperbaharui kembali produknya agar konsumen tidak mengalami kejenuhan. Sebab persaingan semakin ketat dan mencapai tingkat elastisitas tertinggi.

http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/prihantoro/

Tinggalkan komentar